IMPLEMENTASI KTSP
I.
PENDAHULUAN
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum terbaru di Indonesia yang
disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengembang kurikulum di tingkat
satuan pendidikan. KTSP lahir dari semangat otonomi daerah, di mana urusan
pendidikan tidak semuanya tanggung jawab pusat, akan tetapi sebagian menjadi
tanggung jawab daerah, oleh sebab itu dilihat dari pola atau model pengembangan
KTSP merupakan salah satu model kurikulum yang bersifat desentralistik. Dengan
pemberian otonomi ini, mulai terbayang sebagian besar guru akan bekerja dengan
penuh gairah karena dapat mengekspresikan kreatifitasnya sendiri, suasana kelas
akan terasa lebih hidup, karena guru lebih dekat dengan realitas siswa dan
dunia sekitar. Namun, pada sisi lain muncul pula kecemasan oleh beberapa
pertanyaan yang mengusik. Satu diantaranya, yang dijadikan topik tulisan pada
makalah ini adalah bagaimana cara mengimplementasikan KTSP tersebut di sekolah
agar berjalan sesuai dengan tujuan yang kita harapkan.
Berawal dari
pemaparan diatas, kita bisa mengetahui betapa urgennya implememtasi terhadap
pengembangan KTSP di sekolah. Sehingga,
pada makalah ini akan kami uraikan tentang pengertian implementasi KTSP,
Karakteristik KTSP, implementasi strategi kurikulum, cara pengembangan
aktifitas dan kreatifitas peserta didik serta cara peningkatan motivasi belajar
bagi peserta didik.
II.
PERMASALAHAN
1. Apa pengertian implementasi KTSP?
2. Bagaimana karakteristik KTSP?
3. Bagaimana implementasi KTSP di sekolah?
4. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, dan apa saja strategi pembelajaran yang
digunakan?
5. Bagaimana cara mengembangkan aktifitas, kreatifitas dan motivasi bagi peserta didik?
III.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Implementasi KTSP
Implementasi
merupakan suatu ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan
praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner’
Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah: “put something into
effect”, (penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak).
Sedangkan KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) merupakan suatu konsep yang menawarkan
otonomi pada sekolah untuk menentukan kebikajan sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu, dan efisien pendidikan agar dapat memodifikasi keinginan
masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah,
masyarakat, dan pemerintah dalam membentuk pribadi peserta didik.
Berdasarkan definisi di atas, implementasi KTSP didefinisikan sebagai
suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum sekolah dalam
rangka meningkatkan mutu dan efisien pendidikan dalam suatu aktifitas
pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu,
sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, dan hak sepenuhnya berada pada
otonomi daerahnya masing-masing (desentralisasi).
implementasi KTSP bisa juga dikatakan sebagai
operasional konsep kurikulum yang masih bersifat potensial (tertulis) menjadi
aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran. (Muhammad Joko Susilo, M.Pd,
174-175: 2008)
2. Karakteristik KTSP
Pada dasarnya, kurikulum terdiri atas 4 desain,
yakni desain kurikulum disiplin ilmu atau yang dikenal dengan kurikulum subjek
akademis, kurikulum pengembangan individu yang sering kita kenal dengan
kurikulum humanistik, kurikulum berorientasi pada kehidupan masyarakat atau
yang kita kenal dengan rekonstruksi sosial serta kurikulum teknologis.
Di hubungkan dengan desain
kurikulum di atas, maka KTSP memiliki semua unsure tersebut yang sekaligus
merupakan karakteristik KTSP itu sendiri, yakni:
a. Dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi
pada disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari: pertama, struktur program KTSP
yang memuat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik.
Setiap mata pelajaran yang harus dipelajari itu selain sesuai dengan nama-nama
disiplin ilmu juga ditentukan jumlah jam pelajaran secara ketat. Kedua,
kriteria keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari kemampuan siswa menguasai
materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan
oleh standar minimal penguasaan isi pelajaran seperti yang diukur dari hasil
Ujian Nasional. Soal-soal dalam UN itu lebih banyak bahkan seluruhnya menguji
kemampuan kognitif siswa dalam setiap mata pelajaran. Walaupun dianjurkan
kepada setiap guru menggunakan system penilaian proses misalnya dengan
portofolio, namun pada akhirnya
kelulusan siswa ditentukan oleh sejauh mana siswa menguasai materi
pelajaran.
b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan
individu. Hal ini dapat dilihat dari prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP
yang menekankan pada aktivitas siswa untuk mencapai dan menemukan sendiri
materi pelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran.
c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah. Hal ini
tampak pada salah satu prinsip KTSP, yakni berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian,
maka KTSP adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerahnya masing-masing.
d. KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari
adanya standar kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian dijabarkan pada
indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan
penilaian. (Prof. Dr. H. Wina Sanjaya,
M.Pd, 129-131: 2008)
3. Implementasi KTSP di Sekolah
Implementasi KTSP di sekolah menuntut dukungan
tenaga kerja yang trampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi
kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat.
Implementasi KTSP di sekolah merupakan pengembangan kurikulum pada tingkat satuan
pendidikan. Dalam hal ini, implementasi KTSP mencakup 3 hal, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
a. Perencanaan
Perencanaan
pengembangan kurikulum mencakup pengembangan program tahunan, program
semesteran, program modul (pokok bahasan), program mingguan, program harian,
program pengayaan dan remredial, serta bimbingan dan konseling.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan KTSP
perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
-
Pelaksanaan harus lebih
menekankan pada praktek, baik di laboratorium maupun di masyarakat dan dunia
kerja (lapangan kerja). Dalam hal ini setiap guru harus mampu memilih serta
menggunakan strategi dan metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
mempraktekkan apa-apa yang dipelajarinya.
-
Pembelajaran harus dapat
menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat. Dalam hal ini setiap guru harus
mampu dan jeli melihat berbagai potensi masyarakat yang bisa didayagunakan
sebagai sumber belajar, dan menjadi penghubung antara sekolah dengan
lingkungannya.
-
Perlu dikembangkan iklim
pembelajaran yang demokratis, dan terbuka.
c. Evaluasi
Evaluasi
hasil belajar dalam implementasi KTSP dilakukan dengan penilaian kelas (ulangan
harian, ulangan umum, dan ujian akhir), tes kemampuan dasar, dan untuk
memperbaiki program pembelajaran. (Muhammad Joko Susilo, M.Pd, 174-175: 2008)
4. Pelaksanaan Pembelajaran di Sekolah dan Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran adalah operasionalisasi dari
perencanaan pembelajaran, sehingga tidak lepas dari perencanaan pengajaran /
pembelajaran yang sudah dibuat. Oleh karenanya
dalam pelaksanaannya akan sangat tergantung pada bagaimana perencanaan
pengajaran sebagai operasionalisasi dari sebuah kurikulum. Langkah-langkah
dalam pelaksanaan pembelajaran meliputi:
a.
Kegiatan awal/pendahuluan
Kegiatan awal atau pendahuluan pada dasarnya merupakan
kegiatan awal yang harus ditempuh guru dan siswa pada setiap kali pelaksanaan
pembelajaran. Fungsinya untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang
efektif, yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran yang baik.
Efisiensi waktu dalam kegiatan awal ini perlu diperhatikan, karena waktu yang
tersedia relatif singkat. Dengan waktu yang relatif singkat tersebut,
diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik
sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran siswa sudah siap mengikuti
pembelajaran dengan baik.
b.
Kegiatan inti
Kegiatan inti
merupakan kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang menekankan pada proses
pembentukan pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar dapat terjadi melalui
kegiatan pembelajaran yang mengembangkan bentuk interaksi langsung antara siswa
dengan guru maupun siswa dengan siswa lainnya.
c.
Kegiatan akhir
Kegiatan akhir
atau penutup dalam pelaksanaan pembelajaran
tidak hanya diartikan sebagai kegiatan untuk menutup proses pembelajaran,
tetapi juga sebagai hasil belajar siswa dan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan
tindak lanjut ini harus dilakukan berdasarkan pada proses dan hasil belajar.
Guru perlu mengatur dan memanfaatkan waktu yang tersedia untuk kegiatan akhir
pembelajaran yang cukup singkat ini seefisien mungkin. (Drs. Lukmanul Hakim,
M.Pd, 203-205: 2007)
Jenis-jenis strategi
pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru, diantaranya :
Dalam implementasi KTSP di butuhkan adanya jenis-jenis
strategi pembelajaran dalam menyampaikan suatu ilmu pengetahuan. Diantara
jenis-jenis strategi pembelajaran yang dapat dikembangkan
oleh guru, diantarany:
a.
Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE)
Strategi
pembelajaran ekspositori adalah strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi secara verbal dari
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal. Fokus utama strategi ini adalah kamampuan
akademis siswa. Metode pembelajaran dengan kuliah, merupakan bentuk strategi
ekspositori.
b.
Strategi Pembelajaran
inkuiri (SPI)
Strategi
pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban yang sudah pasti dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Strategi pemberian ini sering juga dinamakan strategi heuristic,
yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein, yang berarti saya menemukan.
c.
Strategi Pembelajaran
Kooperatif (SPK)
Pembelajaran kooperatif merupakan
model pembelajaran dengan menggunakan system pengelompokan/tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan
akademis, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda (heterogen). Dengan adanya
strategi pembelajran kooperatif seperti itu, maka dalam proses pembelajaran
setiap individu akan saling membantu, mereka akan memiliki motivasi untuk
keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang
sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. (Prof. Dr. H. Wina
Sanjaya, M.Pd, 299-309: 2008)
5.
Pengembangan Aktifitas, Kreatifitas, dan Motivasi
bagi Peserta Didik
Dengan mengutip pemikiran Gibbs, E.
Mulyasa (2003) mengemukakan hal-hal yang perlu dilakukan agar siswa lebih aktif
dan kreatif dalam belajarnya, adalah:
- Dikembangkannya rasa percaya diri para siswa dan mengurangi rasa takut
- Memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas terarah
- Melibatkan siswa dalam menentukan tujuan belajar dan evaluasinya;
- Memberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter
- Melibatkan mereka secara aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran secara keseluruhan.
Sementara itu, Widada (1994) mengemukakan bahwa untuk
meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa, guru dapat menggunakan pendekatan
sebagai berikut :
- Self esteem approach; guru memperhatikan pengembangan self esteem (kesadaran akan harga diri) siswa.
- Creative approach; guru mengembangkan problem solving, brain storming, inquiry, dan role playing.
- Value clarification and moral development approach; guru mengembangkan pembelajaran dengan pendekatan holistik dan humanistik untuk mengembangkan segenap potensi siswa menuju tercapainya self actualization, dalam situasi ini pengembangan intelektual siswa akan mengiringi pengembangan seluruh aspek kepribadian siswa, termasuk dalam hal etik dan moral.
- Multiple talent approach; guru mengupayakan pengembangan seluruh potensi siswa untuk membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
- Inquiry approach; guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah serta meningkatkan potensi intelektualnya.
- Pictorial riddle approach; guru mengembangkan metode untuk mengembangkan motivasi dan minat siswa dalam diskusi kelompok kecil guna membantu meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif.
- Synetics approach; guru lebih memusatkan perhatian pada kompetensi siswa untuk mengembangkan berbagai bentuk kemampuannya untuk membuka inteligensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan kegiatan yang tidak rasional, kemudian berkembang menuju penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.
Sedangkan
untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, menurut E. Mulyasa (2003) perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
- Bahwa siswa akan belajar lebih giat apabila topik yang dipelajarinya menarik dan berguna bagi dirinya
- Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada siswa sehingga mereka mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai. Siswa juga dilibatkan dalam penyusunan tersebut
- Siswa harus selalu diberitahu tentang hasil belajarnya
- Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan
- Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual siswa, seperti : perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap terhadap sekolah atau subyek tertentu
- Usahakan untuk memenuhi kebutuhan siswa dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, rasa aman, menunjukkan bahwa guru peduli terhadap mereka, mengatur pengalaman belajar sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh kepuasan dan penghargaan, serta mengarahkan pengalaman belajar kearah keberhasilan, sehingga mencapai prestasi dan mempunyai kepercayaan diri.( http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/04/pengembangan-aktivitas-kreativitas-dan-motivasi-siswa/)
IV.
KESIMPULAN
implementasi
KTSP didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan
kurikulum sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan efisien pendidikan dalam
suatu aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat
kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan, dan hak
sepenuhnya berada pada otonomi daerahnya masing-masing (desentralisasi).
karakteristik KTSP itu sendiri,
yakni:
a.
Dilihat dari desainnya KTSP
adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin ilmu.
b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada pengembangan
individu.
c.
KTSP adalah kurikulum yang
mengakses kepentingan daerah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar